Rabu, 04 Januari 2012

Padi Tanam Satu Kali Panen Tiga Kali

PUSAT PENDIDIKAN & PELATIHAN BIOTEKNOLOGI NT.45


Pusat Pendidikan &Pelatihan Bioteknologi NT.45 melakukan uji coba Padi Tanam Sebatang (PTS) tanam satu kali, panen tiga kali disebelah Mesjid Raya Nagari Sintuk Kec Sintuk Toboh Gadang (Sintoga) Kab Padang Pariaman 2009/2O10 pada lahan sawah milik Syahrial Dt Maninjun.
Secara konvensional menggunakan pupuk kimia,pestisida.tanam serumpun 5-10 batang dengan jarak 15-20 cm, anakan rata-rata 17 batang, panjang malai 17 cm berisi 150-200 biji padi, hasil 3,3 ton gabah/ha, berat beras 1 liter 0,8 kg, rundement 60%, nasinya mudah basi, bau apek, serat longgar. Diserang hama tikus, tanah bau terasi. Bila kena cahaya matahari bau terasi menguap ke udara dan tercium oleh tikus gunung. Malam hari tikus gunung turun mengerat batang padi, rasa ada makanan didalamnya.
 Tahap awal, dirubah  memakai  pupuk organik majemuk lengkap (poml), antihama total organik dari bioteknologi NT.45, padi tanam sebatang (pts), jarak tanam  30 cm x 30 cm, anakan rata-rata 30. Panjang malai 22 cm berisi 220 biji padi. Hasil 6,6 ton gabah/ha, rundement 70%, berat beras 1 liter = 1 kg, serat padat, nasinya tidak mudah basi, aroma harum. Satu kali musim tanam ini dimaksud mereklamasi lahan karena daya dukung lahan terus menurun akibat menggunakan racun kimia buatan dan pestisida.
Tahapan berikut dirancang tanam satu kali dan panen tiga kali. Lahan sawah dibajak kembali seperti biasa. Tanam sebatang, jarak 30 x 30 cm, anakan rata-rata 35, panjang malai 25 cm berisi 250 biji. Hasil 8 ton gabah kering/ha, rundement 80%, berat beras 1,2 kg/ltr. Padi umur 100 hari, untuk makan panen 90 hari dan untuk benih dipanen 110 hari. Usai panen batang padi dipangkas rata tanah. Jerami ditebarkan merata, tambah pupuk 50%.
Selesai dipangkas rata tanah, anakan rata-rata 60, panjang malai 27 cm dengan 270 biji padi. Hasil 8 ton/ha. Panen kedua, dipangkas rata tanah. Hilangkan atau dicangkul satu baris sehingga jarak menjadi 30 cm x 60 cm, anakan rata-rata 78 batang, panjang malai 30 cm dengan 300 biji,tambah pupuk 25%. Hasil 8 ton/ha.
Pemberian antihama sewaktu menebarkan pupuk sebelum lahan diolah/dibajak pertama kali. Kali kedua sewaktu usai tanam. Berikut satu minggu satu kali sampai 25 hari sebelum panen. Pola tanam dengan menggunakan bioteknolgi NT.45 ini telah diajarkan kepada petani Sumatera Barat sejak l997 oleh PT Nan Tembo (Economic & Engineering) Konsultan.
Khusus tanam satu kali panen tiga kali telah disosialisasikan oleh Ahmad Gazali Direktur Pusat Pendidikan & Pelatihan Bioknologi NT. 45 sejak 2007, dimulai Sintuk Kab Padang Pariaman 6 bulan, Kab 50 Kota 6 bulan, Lintau Kab Tanah Datar 3 Bulan dan Padang 3 bulan. Gempa 30 September 2009 kegiatan ini sempat terhenti 3 bulan.
Pasca gempa tersebut Ahmad Gazali kembali ke Sintuk dan mengembangkan ke Rimbo Kalawi masih nagari Sintuk dan Kampung Baru, Koto Buruk  Lubuk Alung serta 7 bulan belakang kegiatan dipusatkan di Ruang Pendidikan INS Kayutanam.
Menurut Ahmad Gazali, selama 5 tahun menstrasfer ilmu pengetahuan dan alih teknologi pengolahan pupuk organik, antihama, pola tanam. Pengolahan pakan ikan, pakan ternak/ruminansia dengan dana sendiri tanpa dukungan dari pemerintah dan perusahaan. Dalam pengalamannya selama 5 tahun, bila ditinggal atau tidak didampingi, petani akan kembali ke cara semula yaitu konvensional.
Kuncinya kata Ahmad Gazali adalah pendampingan, karena tidak mudah merubah budaya pertanian yang telah berurat berakar ratusan tahun. Bila pemerintah betul-betul memikirkan nasib petani semestinyalah pemerintah tidak ragu-ragu membantu dana pendampingan. Tentu tahap awal diadakan pelatihan bagi semacam penyuluh pertanian lapangan (ppl).
PPL tidak mesti dari sarjana pertanian karena ilmu pertanian yang diajarkan di perguruan tinggi di Indonesia sudah ketinggalan 1500 tahun, buktinya tidak mampu menjawab persoalan petani yaitu menurunkan ongkos produksi dan meningkatkan jumlah hasil. Penemu bioteknologi NT. 45 Ir. Darmansyah, M.Sc adalah sarjana teknik sipil dan saya sendiri orang sosial, SMA Jurusan Sosial/Budaya dan kuliah di sosial, ungkap Ahmad Gazali ketika diwawancarai Editorial di Kayutanam pekan silam. (Lisendra Hosen)

1 komentar: