Tingkatkan Kesejahteraan Petani Lewat Pupuk Organik
Tanggal 15 February 2012
PATAMUAN — Kelompok Tani Kampuang Palak Mandiri (KTKPM), Kenagarian Tandikek, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman, Senin (13/2) malam memulai aksi nyatanya, membuat pupuk organik.
Pembuatan pupuk non kimia itu langsung difasilitasi Ahmad Gazali dari PT. Nan Tembo, Padang. Pada kesempatan itu, juga ikut sejumlah mahasiswa dari HMI Pariaman yang sedang mendalami ilmu pembuatan pupuk organik.
Suhardi Yakub, Ketua kelompok tani tersebut kepada Singgalang menyebutkan, kelompok tani yang dia dirikan bersama 19 orang anggota pada tahun lalu itu baru pertama kali mencoba menerapkan pupuk organik. Nantinya, pupuk itu akan digunakan untuk tanaman ubi kayu yang tengah dikembangkan kelompoknya di Kampuang Palak, sekitar 1,5 hektare.
Bahkan, kata Sekretaris DPC PBB Padang Pariaman ini, pupuk organik bagi masyarakat Patamuan boleh dibilang tabu, dan asing. Dan memang, masyarakat petani kampung itu belum terbiasa dengan pupuk yang diolah dari kotoran ternak.
“Buktinya, pada saat memulai pengolahan pupuk yang lama pembuatannya mencapai 50 jam itu, masyarakat Tandikek banyak yang berdatangan, melihat langsung cara pengolahan yang dilakukan kelompok tani tersebut. Masyarakat petani yang datang ke lokasi pembuatan itu cukup terkesima. Betapa tidak, pada awal datang ke lokasi, bau kotoran mintak ampun busuknya. Namun, setelah dikasih bahan berupa NT45 seri P, beberapa saat setelah itu, bau yang tadinya sangat menyengat dengan sendirinya hilang,” kata dia.
Bersama seluruh anggota kelompok, Suhardi Yakub memakai lahan milik orang lain dengan sistem pertigaan, seperti layaknya memakai lahan sawah yang produktif dulunya.
Sebab, lahan sawah itu sejak pascagempa dan longsor 2009 lalu tidak lagi produktif untuk ditanami padi, akibat ketiadaan irigasi yang mengalirinya. Diperkirakan, setahun ke depan lahan tersebut masih dimanfaatkan untuk ladang ubi.
Pembuatan pupuk organik yang dimotori kelompok Suhardi Yakub itu ingin mengembalikan kesuburan tanah, yang selama ini telah terkontaminasi oleh pupuk kimia. Ia melihat, dengan kesuburan tanah tentunya akan mampu mensejahterakan para petani dari hasil panen yang ditanaminya.
Sementara Ahmad Gazali selaku Konsultan PT. Nan Tembo merasa senang bisa bekerjasama dengan masyarakat petani. Ia melihat, merubah maiset masyarakat itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses panjang. Butuh kesabaran dan kesungguhan dari petani itu sendiri.
“Melihat kondisi lahan pertanian yang sangat luas di Padang Pariaman ini, kita ingin buat sebuah Pusdiklat pupuk organik. Apalagi, kader muda dari mahasiswa cukup antusias mempelajarinya. Kedepannya, para mahasiswa yang selama ini akrab dengan dunia demontrasi, kita ganti dengan demo buat pupuk organik, sehingga seluruh kelompok tani yang ada mampu membuat hal itu,” kata dia. (525)
Suhardi Yakub, Ketua kelompok tani tersebut kepada Singgalang menyebutkan, kelompok tani yang dia dirikan bersama 19 orang anggota pada tahun lalu itu baru pertama kali mencoba menerapkan pupuk organik. Nantinya, pupuk itu akan digunakan untuk tanaman ubi kayu yang tengah dikembangkan kelompoknya di Kampuang Palak, sekitar 1,5 hektare.
Bahkan, kata Sekretaris DPC PBB Padang Pariaman ini, pupuk organik bagi masyarakat Patamuan boleh dibilang tabu, dan asing. Dan memang, masyarakat petani kampung itu belum terbiasa dengan pupuk yang diolah dari kotoran ternak.
“Buktinya, pada saat memulai pengolahan pupuk yang lama pembuatannya mencapai 50 jam itu, masyarakat Tandikek banyak yang berdatangan, melihat langsung cara pengolahan yang dilakukan kelompok tani tersebut. Masyarakat petani yang datang ke lokasi pembuatan itu cukup terkesima. Betapa tidak, pada awal datang ke lokasi, bau kotoran mintak ampun busuknya. Namun, setelah dikasih bahan berupa NT45 seri P, beberapa saat setelah itu, bau yang tadinya sangat menyengat dengan sendirinya hilang,” kata dia.
Bersama seluruh anggota kelompok, Suhardi Yakub memakai lahan milik orang lain dengan sistem pertigaan, seperti layaknya memakai lahan sawah yang produktif dulunya.
Sebab, lahan sawah itu sejak pascagempa dan longsor 2009 lalu tidak lagi produktif untuk ditanami padi, akibat ketiadaan irigasi yang mengalirinya. Diperkirakan, setahun ke depan lahan tersebut masih dimanfaatkan untuk ladang ubi.
Pembuatan pupuk organik yang dimotori kelompok Suhardi Yakub itu ingin mengembalikan kesuburan tanah, yang selama ini telah terkontaminasi oleh pupuk kimia. Ia melihat, dengan kesuburan tanah tentunya akan mampu mensejahterakan para petani dari hasil panen yang ditanaminya.
Sementara Ahmad Gazali selaku Konsultan PT. Nan Tembo merasa senang bisa bekerjasama dengan masyarakat petani. Ia melihat, merubah maiset masyarakat itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses panjang. Butuh kesabaran dan kesungguhan dari petani itu sendiri.
“Melihat kondisi lahan pertanian yang sangat luas di Padang Pariaman ini, kita ingin buat sebuah Pusdiklat pupuk organik. Apalagi, kader muda dari mahasiswa cukup antusias mempelajarinya. Kedepannya, para mahasiswa yang selama ini akrab dengan dunia demontrasi, kita ganti dengan demo buat pupuk organik, sehingga seluruh kelompok tani yang ada mampu membuat hal itu,” kata dia. (525)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar